Potluck Kini

Tahun 2009 lalu adalah tahun terakhir saya mampir ke Potluck, sebuah library coffee shop yang beralamat di Jalan Baguswaringin. Nah, sehari lalu saya coba mampir ke sana lagi. Yah hitung-hitung ga ada kerjaan, lapar, sekaligus mumpung dekat dengan kampus.

Kemarin siang matahari sedang terik sekali dan saya berharap bisa menemukan ruangan ber-ac di Potluck. Sesaat masuk, tidak ada pendingin ruangan dinyalakan. Pintu masuk sengaja dibuka sehingga hawa panas agak malu-malu masuk ke dalam ruangan. Tata ruangnya sudah berbeda sejak pertama kali saya mampir. Yaiyalah, wong udah dua tahun lebih masa ga ada perubahan. Yah tiba-tiba saya merasa asing. Jika dulu saya bersama teman ke sana untuk bertemu dengan Dewi Lestari, kini saya sendiri hanya untuk ngopi. Ruangan dekat pintu masuk lumayan nyaman. Karena saya ingin sambil menjelajahi internet, saya khawatir netbook saya akan butuh diisi ulang baterainya. Lantas saya bertanya di mana letak stop kontak. Pelayannya dengan ramah menunjukan stop kontak yang berada di dekat pintu masuk. Kursi di dekat stop kontak terlihat kurang nyaman. Jadi saya mencoba duduk di ruangan dalam. Tapi ternyata lagi, jika ingin duduk di ruangan dalam, harus ada minimum order seratus ribu rupiah. Agak bingung sih. Ga mungkin juga ngopi bentar ditambah makan siang nyampe segitu. Ya akhirnya terima nasib saya duduk di kursi dekat stop kontak. 

Sayapun memutuskan untuk ngopi tanpa makan siang di sana. Saya pesan cold cappucino. Saya menyalakan netbook sambil menunggu. Lima menit menunggu duduk tepat dekat pintu masuk benar-benar membuat saya berkeringat. Terlebih kursi yang saya duduki tidak membuat nyaman. Beberapa  saat kemudian pesanan saya datang. Inilah cold cappucino ala Potluck:


Cappucino Potluck ini tidak secantik cappucino kompetitornya. Dibandingkan cappucino Tokyo Connection, penampilannya tidak menggoda sama sekali. Sedangkan rasa terbilang standar, kurang nendang dan kurang dalam. Mungkin karena harganya yang murah, duapuluh ribu rupiah saja. Saya tidak jadi memesan makan siang karena saat itu saya sudah janjian untuk makan siang bersama teman. Sebelumnya, saya memutuskan pindah tempat duduk ke pojok ruangan. Kursinya bersofa dan berbantal jadi saya pikir saya bisa lenjeh-lenjeh. Baterai netbook sayapun sudah penuh, jadi ga perlu khawatir kehabisan baterai. Kursi dipojok memang nyaman sekali. Benar rasanya ingin tidur-tiduran di sana. Hanya saja, entah kenapa ada lalat yang tiba hinggap di kaca. Menggaggu sih.


 Btw, saya tidak menggunakan fasilitas wifi di Potluck. Pengalaman sebelumnya harus ada minimum order sebesar duapuluh lima ribu rupiah untuk mengakses wifinya. Tapi berhubung saya bawa modem, tidak jadi masalah.


Selama hampir dua jam saya berada di Potluck, saya beranjak pergi. Setelah membayar (ternyata bisa menggunakan kartu kredit dan debit, minimum ordernya duapuluhribu saja), saya menatap halaman belakang tempat diskusi dengan Dewi Lestari dulu. Terbuka dan lengang. 

Dua tahun telah berlalu, yah, waktu pasti sangat senang terbang dengan cepat.

Comments