Public Display of Affection

Public Display of Affection ~ Love or Lust ?

pengalaman

Hemm hari gini jomblo ? 
kalau ada orang yang tiba-tiba nyeletuk gitu persis di depan kita gimana coba?
timpuk pake bata. makanya siapin bata portable buat kejadian-kejadian ga terduga kaya gitu.
Nah yang repot kalau ternyata ada orang yang suka nyinyir tentang pacaran dan berceramah di twitter atau facebook atau bahkan 'pacaran' di twitter. Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kalau dia taken dan seharusnya banyak beramal supaya hubungannya langgeng.

Kali ini saya ga akan ngobrol tentang kompleksitas persona individu dalam sebuah hubungan, seksualitas, ataupun mainstreaming dalam berhubungan tapi  saya bakal ngobrolin satu topik yang ada hubungannya (tipis) dengan itu semua. Public Display of Affection

Yang pernah jomblo pasti tau. Secara harfiah, Public Display of Affection (PDA) mengacu pada gesture apapun yang secara kultural menunjukan adanya indikasi seksual atau romantika yang bertempat di arena yang terbuka bagi anggota publik lainnya (referensi 1). Dari pengertian sederhana ini, dapat diungkapkan dengan jelas bahwa "pacaran" di tempat umum merupakan sebuah indikasi dari PDA. Terus kalau mau pacaran harus di mana kalau gitu?

Tenang, kata penting yang kedua adalah "kultural". Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Nah tiap kebudayaan di berbagai negara tentu aja beda apalagi mengenai hal pacaran. Di Arab misalnya, perempuan dan laki-laki sudah jelas ga boleh saling pandang apalagi pegangan tangan kalau pacaran, di Jepang, pada awalnya pacaran itu mengharuskan pegangan tangan di tempat umum, sedangkan di Indonesia yah banyak ngikut-ngikutannya. 

Yang perlu dimengerti adalah tidak ada yang salah jika kita ingin mengapresiasi pacar kita namun hal yang harus digarisbawahi adalah kenyataan bahwa sebenernya apakah kita benar-benar mengapresiasi pacar kita secara dalam? Maksud saya, kita pacaran pegangan tangan di mal itu apakah emang bener love atau lust?

PDA sendiri dikategorikan menjadi gentle action/mild form dan intimate action/extreme form. Gentle action bisa diderivasi menjadi pegangan tangan, cium kening, merangkul, bersandar, dan sebagainya. Sedangkan intimate action sudah pada tahapan frenchkiss, penetrasi seksual dan hal-hal fisik lainnya. Nah dalam sebuah survei dari 200 pelajar ada 42%nya yang sudah berpacaran dan bergandengan tangan  (referensi 2). Hal ini salah satu bentuk halus dari PDA. Perlu diketahui juga PDA dalam tingkatan wajar merupakan salah satu bentuk upgrade hubungan kita menjadi lebih nyaman dan berkualitas namun dalam tahapan extreme akan menimbulkan obsessive love disorder.

Nah yang ingin saya kritisi di sini adalah PDA di twitter yang terkadang membuat kita jenuh. Intensitas bermesraan yang terlalu sering membuat follower-nya banyak mengeluh. Tiap ngtweet isinya pasti berbau mesra. Dan dalam waktu dekat dapat memancing kecemburuan sosial.

Kalau saya buka twitter di BB, pasti saya sudah mute orang-orang yang begitu. Bukan karena saya cemburu atas hal semacam itu tapi cinta itu memang ga butuh publikasi. Kasih sayang itu cukup dirasa di hati. Dari pengalaman sendiri, orang yang level PDA-nya tinggi memiliki kerapuhan yang tinggi dalam masyarakat dan hubungan interpersonal. Mereka juga akan menjadi co-dependent yang artinya menggerus kemandirian dirinya sendiri. Selain itu, saya juga berasumsi bahwa orang yg PDA membutuhkan rekognisi masyarakat sebagai ajudicatornya. Entah ingin penilaian atau hanya sekadar pemberitahuan.

Yah mengutip dari perkataan teman yang sudah sangat membenci bentuk tidak wajar dari PDA:
ya udah cukup dengan yang lebay, biasa aja sih. Yang wajar-wajar aja. Kita kan hidup di Indonesia yang budaya ketimurannya masih kental dan juga harus dijaga.

Ya menurut saya sih pacaran  mah ga usah bilang-bilang. Ga perlu seisi bumi tahu kalau kita pacaran. Kecuali ditanya polisi, baru bilang. Cukup kita dan Tuhan aja yang tau.

Comments