Solitude #15


Langit dan Airmata

Bergerak


Kemarin kusaksikan langit luber air mata namun enggan meluruhkannya. Aku jadi teringat airmatamu yang membeku menjadi nestapa dan menegaskan duka dan luka yang menganga tanpa rupa. Kau memikul beban itu sendirian dan tetap bergeming memisahkan derita yang fana layaknya semedi seorang petapa. Kau sembunyikan kotak kecil yang kau namai masa lalu di relung hatimu yang tak terjangkau. Saat itulah kau merasakan rindu pada momen kita berjumpa.

Kau menyadari bahwa waktu berjalan tanpa ragu. Bersama awan yang bergerak ringan, kau coba menghentikannya. Saat itulah kau merasakan rindu pada kenangan perlahan memudar. Tak ada lagi senyuman dalam ingatan yang samar. Tak ada lagi kita yang salah atau kita yang benar. Kuperhatikan, yang ada hanyalah nestapa yang memenuhi bular.

Lantas,




Kita duduk berhadapan tanpa rasa.
Memupuskan segala prasangka dan tersenyum lega.



Bandung, 23 September 2012

Comments