Belajar dari Alam

Alam memang memiliki banyak sekali pelajaran yang bisa kita pahami dan teladani. Alam dan lingkungannya yang selama ini kita tinggali tidak pernah menuntut apapun kecuali untuk dijaga dan dilestarikan. Saya merasa beruntung bisa berkenalan jauh lebih dekat dengan alam terlepas saya yang seorang mahasiswa ilmu lingkungan.

Beberapa minggu yang lalu seorang teman (yang seorang dosen) meminta tolong kepada saya untuk menemani mahasiswa-mahasiswanya melakukan sampling air sungai. Awalnya saya merasa keberatan untuk melakukannya. Alasannya karena waktu yang mendadak. Teman saya menghubungi saya sehari sebelum mahasiswa-mahasiswa nya ingin melakukan sampling. Selain itu, mereka sendiri belum menentukan tempat spesifik untuk melakukan sampling. Yang paling utama juga adalah saya merasa bukan orang yang kompeten untuk melakukan hal tersebut meskipun hanya menemani. Saya kuliah di sosial sedangkan mereka kuliah di kimia. Tapi akhirnya saya ambil juga karena saya memang ingin membantu teman saya yang selama ini juga telah banyak membantu saya. Terlebih lagi karena saya juga ingin menemani mahasiswa-mahasiswa tersebut. Mereka adalah mahasiswa yang tekun dan serius.

Sebelumnya saya pernah mengisi kelas mereka satu kali pertemuan. Saat itu saya membahas tentang teknik FGD dan the ins and outs of Nuclear. Membahas nuklir bukanlah sesuatu yang sulit karena dulu saya mendapat satu mata kuliah khusus yang membahas persoalan nuklir dan perang yang melingkupi perjanjian, penggunaan, dan juga dampak nuklir. Saat itu saya mengajar dua kelas. Kelas pertama pukul satu tigapuluh sampai tiga tigapuluh dan kelas kedua pukul tiga tigapuluh sampai lima tigapuluh. Dalam pertemuan ini saya menemukan semangat mereka yang begitu luar biasa. Pertanyaan-pertanyaan kritis dan pernyataan yang terkadang mereka lontarkan kadang membuat kening saya mengkerut dan mulut saya melengkung. Saya memberikan materi kurang lebih lima belas menit dan sisanya saya pandu mereka untuk melakukan FGD dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka tampak antusias dengan teman yang diberikan yaitu Nuclear: Energi booster or disaster? Kelas menjadi ramai dan seru ketika perdebatan mengenai penggunaan nuklir bagi negara-negara maju dan berkembang. Terlebih lagi kelas kedua. Meski waktu sudah menunjukan pukul enam dan adzan telah berkumandang, mereka tetap meneruskan FGD dan diskusi terus menerus dengan keadaan kelas yang gelap. Beberapa di antara mereka menggunakan layar handphone sebagai penerangan. Mengingat hal ini, mana mungkin saya bisa menolak mereka yang ingin melakukan sampling air dengan antusiasnya? 

Hari itu saya berkoordinasi dengan teman saya mengenai lokasi sampling. Lokasi sendiri belum ditentukan mengingat kesibukan dan kepadatan kegiatan mahasiswa dengan jurusannya. Hari itu hujan deras dari pagi hingga pukul dua siang. Saya sempat menyarankan untuk menjadwalkan ulang kegiatan sampling tersebut namun mahasiswa menolak karena mereka ingin sekali menyelesaikan sampling ini dengan cepat. Akhirnya pukul setengah tiga, hujan sudah mulai reda. Saat saya berkoordinasi dengan ketua kelas mereka, Eji, tentang lokasi sampling, ia mengatakan bahwa ingin melakukans ampling di sekitar dago pakar - tahura. Saya kemudian memastikan dulu untuk ke penjaga tahura, Pak Dadan, karena saat itu sedang ada renovasi. Pak Dadan menyarankan saya untuk mengontak Bu Eli untuk urusan perizian penelitian. Namun saat itu saya berhasil meyakinkan Pak Dadan bahwa kami hanya akan melakukan sampling hari itu di tiga titik yang aman. Sebenarnya hal ini saya lakukan mengingat mahasiswa yang sudah dalam perjalanan dan tak mungkin menunda kegiatan mereka hanya karena surat izin. Setelah itu saya berkoordinasi lagi dengan Eji dan sekitar setengah jam kemudian mereka berdatangan di gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda (Tahura).. Ada empat puluh enam mahasiswa yang ikut sampling saat itu. Tiket masuk masih Rp.8000, jam operasional dari delapan pagi hingga empat sore, dan tiket parkir untuk kendaraan roda dua Rp. 2000 sedangkan roda empat Rp. 4000. Tapi usahakan jangan lebih dari jam empat. Karena saat itu kami selesai pukul setengah lima sehingga penjaganya sudah pulang, ada oknum tukang parkir yang meminta parkir tambahan (seharusnya ditindak). 

Tujuan sampling mereka adalah membandingkan ph, suhu, dan unsur lainnya seperti BOD yang ada di tiga titik berbeda dalam aliran sungai di hulu dan hilir. Memasuki tahura, kami agak kelimpungan mencari lokasi sampling. Saya kira mereka sudah mengetahui lokasi sampling namun ternyata mereka sama sekali tidak tahu akan melakukan sampling di mana. Akhirnya saya menyarankan ke beberapa anak sungai di daerah upstream tahura. Tapi mereka menolak karena alasan yang terlalu jauh dan waktu yang terbatas. Kami melakukan sampling di sungai limpahan yang kami lewati pertama kali yang bermuara di sebuah kolam. Saya kemudian teringat ada satu sungai di lembah yang cocok untuk dijadikan lokasi sampling. Persoalannya adalah tidak ada jalan setapak menuju sungai tersebut. Sebenarnya saya bisa menemani mereka hanya sampai pukul empat karena ada kewajiban lain setelah itu. Ejipun berkata bahwa jika waktu sudah habis, saya dipersilakan pamit pergi dan mereka akan mencari lokasi samplingnya sendiri. Lagi-lagi, rasa tidak tega menguasai saya dan saya putuskan untuk menemani mereka. Akhirnya saya mengantar mereka ke sungai di lembah. Karena tebing yang cukup terjal, saya hanya mengizinkan laki-laki saja untuk turun.

Mahasiswa sedang Sampling

Lokasi 1


Masih ada sampah

Riakan

mahasiswa sedang sampling



Masuk hutan

Tahura dari Atas


Setelah melakukan sampling, mahasiswa sadar bahwa sampling merupakan kegiatan yang menyenangkan. Hal ini juga perlu didukung oleh outfit yang sesuai. Kebanyakan dari mereka menggunakan sepatu pantofel, kemeja, dan celana bahan untuk melakukan sampling. Selain itu, waktu yang lebih lengang sebenarnya bisa membuat mereka melakukan eksplorasi lokas. 

Pelajaran yang bisa diambil selain jangan buang sampah (yang ternyata masih ada walaupun di daerah yang sulit dijangkau) adalah menjaga lingkungan ternyata tidak bisa kita dapatkan dari membaca buku saja. Menurut saya harus ada hubungan khusus antara kita dan alam sehingga kita bisa menjaganya sepenuh hati. Salah satu cara untuk menjalin hubungan tersebut adalah berinteraksi dengan alam: camping atau hiking. Keduanya bisa mendekatkan kita dengan alam. Dengan merasa dekat, kita akan menjaga alam itu sendiri.

Comments